Thursday, June 4, 2015

Spekulasi Hujan


Mari berspekulasi, Tuan, ia tak akan datang
langit telah lelah menampung bebannya,
bukankah itu isyarat?
Biar, biar saja rindu menggantikan waktu
melaju, berlalu, tetapi menunggu
tak apa, Tuan. Hingga nanti rasaku karam                   
                                         (Wates, 13 Februari 2015)

Menanti


Entah untuk temu yang berlanjut
yakinku diam tentang hadirmu
pulanglah, ada yang merindu di setiap denyut
                                       (Wates, 12 Februari 2015)

Wednesday, June 3, 2015

Karena Hidup Banyak Rasa

 
Yang hilang biarlah hilang. Yang lalu kan sudah jadi masa lalu. Yang di depan ada lagi yang akan datang. Tak peduli kalau pun tuan keberatan. Terima saja susah atau senang. Hidup tak cuma sekali, yang sekali itu mati. Hari ini berseri-seri. Esok pagi tak taunya bersedih hati. Nikmati saja. Duka bahagia cuma rasa. Duka sirna bahagia tiba. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang abadi. Semua hanya sementara. Termasuk juga tentang rasa.

Setelah Kau Usai

Lepas
Sepasang lalu hilang
Tak sempurna tapi tetap tertawa
Satu hal, celah itu ada. Kemudian waktu menjelma setia
Menjadi kabar tentang keduanya
Bersibuk hingga kenangan itu ditelannya
Tetapi bukan lupa
Saat ia kembali, tawa mengembang : Menang

Dii, Kataku :

untuk apa menjadi waktu
yang lalu
melaju
tetapi menunggu
jika akhirnya ilalang kembali menjelma aku
mengetuk-ngetuk
memporakporandakan emosi
: retak-pecah-berserak
ingin aku tak peduli

Alam Jadi Saksi

          Tentang bait-bait malam yang terus saja menyairkan asa. Nada-nada yang terakit menjelmakan symphoni keindahan tak terkira. Hanya malam yang mampu mendendangkannya. Lagu yang tercipta tak lain ialah kumpulan rasa yang disenandungkan jari-jari yang menari lincah di atas papan ketik untuk terus berkarya. Melafalkan setiap detak-detik kata yang berdetak dan terus memaksa keluar, tersalurkan, dari hati. Hanya malam yang mampu membuatmu merasakan kemegahan sensasinya. Nada-nada lincah, ringan, dan menenangkan.

Adsaraku