Wednesday, June 3, 2015

Alam Jadi Saksi

          Tentang bait-bait malam yang terus saja menyairkan asa. Nada-nada yang terakit menjelmakan symphoni keindahan tak terkira. Hanya malam yang mampu mendendangkannya. Lagu yang tercipta tak lain ialah kumpulan rasa yang disenandungkan jari-jari yang menari lincah di atas papan ketik untuk terus berkarya. Melafalkan setiap detak-detik kata yang berdetak dan terus memaksa keluar, tersalurkan, dari hati. Hanya malam yang mampu membuatmu merasakan kemegahan sensasinya. Nada-nada lincah, ringan, dan menenangkan.
Biarlah lelapkan hatimu. Istirahatkan lelahmu. Obati, dengarkan senandungku. Malam akan menjaga rahasia. Setiap tiap tetes tinta yang di dalamnya adalah luapan segalanya. Muara untuk segala rasa. Tumpahkan. Malam tak akan membiarkan seorang lain tahu. Biarkan ia mendekapmu dalam damai. Ketenangan. Bersama nyanyian alam. Bintang-bintang tak luput dalam tawa. Sinarnya tak lekang oleh masa. Menyinari seluruh hati yang percaya. Menerangi, memberikan harapan. Pun rembulan. Terdiam ayu, menawarkan cinta pada jiwa-jiwa yang rindu kedamaian. Tataplah alam. Leburlah. Menyatulah bersama nafas kehidupan seluruh harapan. Biarkan hatimu kembali menawarkan cinta. Alam tak hanya diam. Ia mendengarkan, mencatat, dan akan menjadi saksi perubahan hidup setiap insan yang mengadukan kelelahannya.

                              (Sumber gambar : https://encrypted-tbn3.gstatic.com)
          Angin, bawalah terbang asaku setinggi yang kau dapat. Bawalah sebanyak yang kau mampu hingga Tuhan bosan melihat hati yang terus saja meratap. Tanah, topanglah kakiku sehingga aku mampu tetap berdiri, berlari, mengejar kemana angin membawa asaku. Terima tubuhku ketika aku mulai lelah berdiri, biarkan aku menyatu dengan segala kerendahanmu hingga tak akan pernah lagi rasa angkuh itu menguasaiku, dekap aku, jaga aku. Bulan, tetaplah tersenyum untukku. Kuatkan aku dengan kedamaianmu hingga tak akan lagi aku kalut oleh rasa takutku. Bintang, teruslah bersinar terangi malamku. Biarkan harapanku selalu ada bersama hadirmu yang tak lekang oleh waktu. Akan kurangkai mimpiku sebanyak jumlahmu yang aku pun tak pernah tahu berapa tepatnya. Langit, terimalah ketidakberdayaanku. Lemah kakiku tak berpijak pada bumi, ini aku dihadapanmu. Langit, izinkan aku melepaskan segala pengharapanku padamu. Segala asa yang disampaikan angin. Simpanlah. Hingga nanti aku mampu meraihnya darimu. Mewujudkannya dengan usahaku. Alam, bukankah tugasmu mendengar. Bukankah tugasmu mencatat. Ini tugasmu menjaga asaku. Aku percaya kekuatanmu. Tuhan, perkenankan aku.
                                                                                                        KP, 21 April 2015
                                                                                                22:19

No comments:

Post a Comment

Adsaraku