Thursday, October 28, 2021

Sastra Klasik | Sinopsis: Kubah

Masih dengan karya sastra klasik, kali ini kita akan membaca bersama sinopsis "Kubah" karya Ahmad Tohari. Selamat menikmati :)

Kubah

Ahmad Tohari

sumber gambar: 

            Sepeninggalan ayahnya, Karman tinggal berdua dengan ibunya. Untuk makan sehari-hari Karman sering meminta pada seorang gadis cilik bernama Rifah dengan syarat Karman harus membuatkan mainan untuk Rifah.

Beberapa kali Karman mendapat nasi dari Rifah akhirnya orang tua Rifah, Haji Bakir, mengetahui nasib Karman. Keluarga Haji Bakir sepakat untuk menolong Karman. Ia diberi pekerjaan ringan dengan upah yang cukup untuk kehidupannya.

            Karman yang beranjak dewasa merasakan kasih sayang kepada Rifah. Ia bermaksud melamar Rifah, namun ditolak oleh Haji Bakir karena Rifah telah dijodohkan. Kekecewaan Karman akibat penolakan itu dimanfaatkan oleh Margo, seorang komunis, untuk menghasut Karman agar membenci Haji Bakir. Margo melakukannya dengan maksud akan menjadikan Karman sebagai kader PKI.

            Margo datang dengan menawarkan simpati. Bersamaan dengan itu, pelan-pelan ia memasukkan ajaran komunis setiap kali berbincang dengan Karman. Akhirnya pada diri Karman tertanam kepercayaan pada komunis. Ia mulai meninggalkan sembahyang.

            Umur perkawinan Rifah tidak lama karena suaminya mengalami kecelakaan dan meninggal. Hal ini menimbulkan kembali harapan pada diri Karman. Setelah memberanikan diri melawan rasa malunya karena telah memperlihatkan permusuhan dan kebenciannya dengan Haji Bakir, Karman menemui Rifah. Namun Rifah menolak bertemu jika Karman tidak menemuinya secara baik-baik. Karman pun menghilang dan tidak muncul kembali di hadapan Rifah hingga suatu hari ketika ia tak bisa menahan diri lagi, ia menemui Haji Bakir mencoba mengutarakan maksudnya untuk meminang Rifah. Namun Haji Bakir menolaknya karena Karman telah berubah menjadi seorang ateis. Karman semakin membenci Haji Bakir. Seiring dengan hak itu, Karman semakin aktif dalam kegiatan partainya.

            Akhirnya Karman bertemu dengan Marni. Mereka kemudian menikah dan memiliki tiga anak. Saat itu sedang pecah pemberontakan PKI. Teman-teman Karman, termasuk Margo, banyak yang ditangkap dan dibunuh. Karman ketakutan. Marni tidak tau bahwa ia adalah anggota PKI meski Marni tahu Karman tidak pernah sembahyang.

            Karena mendapat firasat buruk, Karman akhirnya  memutuskan untuk melarikan diri. Ia ijin pada Marni dan memintanya untuk tabah. Karman pun menuju rumah Triman. Namun di tengah perjalanan, ia melihat Triman telah tertangkap. Karman segera bersembunyi. Ia berhasil bertahan selama tiga bulan.

            Karman akhirnya tertangkap dalam keadaan sakit parah. Karena itulah ia tidak dibunuh dan hanya dibuang ke Pulau Buru. Selama ditahan, Karman mulai menyadari kesalahannya.

            Suatu ketika, datang sebuah surat dari Marni. Isinya mengabarkan bahwa Marni akan menikah lagi. Karman sangat terguncang. Ia berharap surat itu adala kabar rindu dari Marni. Pelan-pelan Karman menata hatinya. Akhirnya ia bisa merelakan istrinya menikah lagi.

            Masa tahanan Karman telah habis. Ia pulang ke Pagetan menemui ibunya. Awalnya Karman takut warga Pegaten tidak akan menerimanya. Namun ternayta dugaannya salah, warga Pegaten menerimanya dengan suka cita. Tak lama, Tini, anaknya yang perempuan datang menemuinya. Kabar bahwa Tini akan menikah cukup melegakan sikap penerimaan Karman atas nasib yang menimpa dirinya. Apalagi Tini akan menikah dengan Jabir, anak Rifah.

            Sebagai rasa syukur dan ucapan terimakasih, Karman membuat sebuah kubah untuk masjid yang sedang dibangun oleh warga Pegaten. Kubah itu sangat indah. Karman mengukirnya dengan sebuah kalimat yang berbunyi: Hai jiwa yang tentram, yang telah sampai pada kebenaran hakiki. Kembalilah engkau kepada Tuhanmu, maka masukklah engkau ke dalam barisan hamba-hambaKu. Dengan langkah itulah Karman mencoba berdamai dengan dirinya.

Kisah Karman mengajarkan kepada pembaca untuk tidak mudah mengikuti kemauan orang lain. Untuk itu, kita perlu memegang prinsip diri secara kuat dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama dan kebaikan.

Hmmm, pengen tahu cerita detail dan lengkapnya? Jangan lupa baca bukunya, ya! :D

No comments:

Post a Comment

Adsaraku