Masih dengan karya sastra klasik, kali ini kita akan membaca bersama sinopsis "Kubah" karya Ahmad Tohari. Selamat menikmati :)
Kubah
Ahmad Tohari
Sepeninggalan ayahnya, Karman tinggal berdua dengan ibunya. Untuk makan sehari-hari Karman sering meminta pada seorang gadis cilik bernama Rifah dengan syarat Karman harus membuatkan mainan untuk Rifah.
Beberapa kali Karman mendapat nasi dari Rifah akhirnya orang tua Rifah, Haji Bakir, mengetahui nasib Karman. Keluarga Haji Bakir sepakat untuk menolong Karman. Ia diberi pekerjaan ringan dengan upah yang cukup untuk kehidupannya. Karman
yang beranjak dewasa merasakan kasih sayang kepada Rifah. Ia bermaksud melamar
Rifah, namun ditolak oleh Haji Bakir karena Rifah telah dijodohkan. Kekecewaan
Karman akibat penolakan itu dimanfaatkan oleh Margo, seorang komunis, untuk
menghasut Karman agar membenci Haji Bakir. Margo melakukannya dengan maksud
akan menjadikan Karman sebagai kader PKI.
Margo
datang dengan menawarkan simpati. Bersamaan dengan itu, pelan-pelan ia
memasukkan ajaran komunis setiap kali berbincang dengan Karman. Akhirnya pada
diri Karman tertanam kepercayaan pada komunis. Ia mulai meninggalkan
sembahyang.
Umur
perkawinan Rifah tidak lama karena suaminya mengalami kecelakaan dan meninggal.
Hal ini menimbulkan kembali harapan pada diri Karman. Setelah memberanikan diri
melawan rasa malunya karena telah memperlihatkan permusuhan dan kebenciannya
dengan Haji Bakir, Karman menemui Rifah. Namun Rifah menolak bertemu jika
Karman tidak menemuinya secara baik-baik. Karman pun menghilang dan tidak
muncul kembali di hadapan Rifah hingga suatu hari ketika ia tak bisa menahan
diri lagi, ia menemui Haji Bakir mencoba mengutarakan maksudnya untuk meminang
Rifah. Namun Haji Bakir menolaknya karena Karman telah berubah menjadi seorang
ateis. Karman semakin membenci Haji Bakir. Seiring dengan hak itu, Karman
semakin aktif dalam kegiatan partainya.
Akhirnya
Karman bertemu dengan Marni. Mereka kemudian menikah dan memiliki tiga anak.
Saat itu sedang pecah pemberontakan PKI. Teman-teman Karman, termasuk Margo,
banyak yang ditangkap dan dibunuh. Karman ketakutan. Marni tidak tau bahwa ia
adalah anggota PKI meski Marni tahu Karman tidak pernah sembahyang.
Karena
mendapat firasat buruk, Karman akhirnya
memutuskan untuk melarikan diri. Ia ijin pada Marni dan memintanya untuk
tabah. Karman pun menuju rumah Triman. Namun di tengah perjalanan, ia melihat
Triman telah tertangkap. Karman segera bersembunyi. Ia berhasil bertahan selama
tiga bulan.
Karman
akhirnya tertangkap dalam keadaan sakit parah. Karena itulah ia tidak dibunuh
dan hanya dibuang ke Pulau Buru. Selama ditahan, Karman mulai menyadari kesalahannya.
Suatu
ketika, datang sebuah surat dari Marni. Isinya mengabarkan bahwa Marni akan
menikah lagi. Karman sangat terguncang. Ia berharap surat itu adala kabar rindu
dari Marni. Pelan-pelan Karman menata hatinya. Akhirnya ia bisa merelakan
istrinya menikah lagi.
Masa
tahanan Karman telah habis. Ia pulang ke Pagetan menemui ibunya. Awalnya Karman
takut warga Pegaten tidak akan menerimanya. Namun ternayta dugaannya salah,
warga Pegaten menerimanya dengan suka cita. Tak lama, Tini, anaknya yang
perempuan datang menemuinya. Kabar bahwa Tini akan menikah cukup melegakan
sikap penerimaan Karman atas nasib yang menimpa dirinya. Apalagi Tini akan
menikah dengan Jabir, anak Rifah.
Sebagai
rasa syukur dan ucapan terimakasih, Karman membuat sebuah kubah untuk masjid
yang sedang dibangun oleh warga Pegaten. Kubah itu sangat indah. Karman
mengukirnya dengan sebuah kalimat yang berbunyi: Hai jiwa yang tentram, yang
telah sampai pada kebenaran hakiki. Kembalilah engkau kepada Tuhanmu, maka
masukklah engkau ke dalam barisan hamba-hambaKu. Dengan langkah itulah Karman
mencoba berdamai dengan dirinya.
Kisah Karman mengajarkan kepada pembaca
untuk tidak mudah mengikuti kemauan orang lain. Untuk itu, kita perlu memegang
prinsip diri secara kuat dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama dan
kebaikan.
Hmmm, pengen tahu cerita detail dan lengkapnya? Jangan lupa baca bukunya, ya! :D
No comments:
Post a Comment