Monday, January 29, 2018

Review Sastra | Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan karya Ni Komang Ariani

Perjalanan Air Mata dan Hati


TIDAK ADA NEW YORK HARI INI
M Aan Mansur

Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.

Bahasa ibu adalah kamar tidurku.
Kupeluk tubuh sendiri.

Dan cinta—kau tak ingin aku
mematikan lampu.
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin di kenang.

Hari ini tidak pernah ada. Kemarin tidak nyata.
Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini. Semua
kata tubuh mati semata.

Puisi adalah museum yang lengang. Masa remaja
dan negeri jauh. Jatuh dan patah. Foto-foto hitam
putih. Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan
yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain.
Tidak ada pengunjung. Tidak ada pengunjung.
Di balik jendela, langit sedang mendung.

Tidak ada puisi hari ini. Tidak ada puisi kemarin.
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat
menuliskannya.

Membaca satu buah puisi yang diambil dari kumpulan puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” dengan judul yang sama, pembaca dapat membandingkan apa yang dialami oleh tokoh laki-laki pada “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan” dengan apa yang dirasakan tokoh dalam puisi. Sebagai salah satu puisi yang menginspirasi ditulisnya cerita pendek “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, membaca puisi tersebut merupakan langkah awal untuk memahami apa yang ingin disampaikan oleh Ni Komang Ariani. Selain menjadi ide penulisan cerpen “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, pada puisi tersebut terdapat beberapa bagian yang juga digunakan dan dikembangkan di dalam cerpen.
Tak ada yang datang, yang tak pernah pergi. Kalimat terakhir pada “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, cerpen yang terinspirasi dari kumpulan puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” milik M Aan Mansyur ini, menjadi titik tolak dari keseluruhan perjalanan air mata dan hati tokoh laki-laki. Jika ditelisik lebih lanjut dengan membaca kumpulan puisi yang menjadi ide dalam cerpen ini, pembaca akan menyadari bahwa yang dialami oleh tokoh laki-laki adalah sebuah perjalanan air mata yang banyak memberikan pelajaran bagi dirinya. Perjalanan yang berbuah pelajaran.
Perjalanan air mata yang berawal dari perpisahan dengan seorang kekasih yang memutuskan untuk memilih pilihannya sendiri ini mengantarkan tokoh laki-laki pada sebuah perjalanan hati, sebagaimana tampak pada kalimat “ia telah mendatangi tempat-tempat yang membuatnya mengenal air mata yang meleleh di lubuk hati.”. Memang, dalam kumpulan puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” tokoh aku digambarkan sebagai orang yang berkeliling dunia untuk melihat lebih banyak kesedihan dan mengabadikannya lewat gambar dan puisi. Hal ini dilakukannya bukan tanpa alasan. Rasa rindu dan kesedihan setelah perpisahan dengan kekasih menjadi alasannya untuk lebih banyak belajar dengan lebih banyak melihat. Dalam cerpen “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, hal ini disampaikan lewat kalimat, “Selanjutnya, laki-laki itu tahu apa yang akan selalu dilakukannya. Ia akan bercengkerama dengan air mata yang mengajarinya banyak pengetahuan. Air mata yang mengajarinya jiwa-jiwa besar…..”.
Perjalanan air mata, suatu perjalanan untuk melihat lebih banyak kesedihan yang dilakukan oleh tokoh laki-laki yang tidak hanya untuk melampiaskan dan mewakilkan rasa sedihnya tetapi juga untuk mengabadikan kenangan. Cara yang berbeda yang tokoh laki-laki lakukan, seperti disebutkan “kadang-kadang cinta diabadikan dengan cara yang amat ganjil.”. Melalui perjalanan melihat kesedihan, laki-laki itu belajar. Melalui puisi ia abadikan kenangannya.
Lewat perjalanan air mata, laki-laki itu kemudian mengerti bahwa “beberapa orang yang saling memikirkan telah ditakdirkan untuk tak pernah saling bertemu.” Perjalanannya yang membawa kemungkinan-kemungkinan berada di tempat yang sama dengan orang yang ia harap bisa ditemuinya tidak selalu membawanya benar-benar bisa bertemu pandang dengan orang itu. Hal semacam itu sangat mungkin terjadi dalam hidup ini. Di sinilah letak perjalanan hati tokoh laki-laki. Perjalanan air mata memberikan banyak pemahaman pada dirinya.
Akhirnya, perjalanan air mata dan hati itu menghantarkan tokoh laki-laki pada pemahaman baru seperti yang tertulis pada paragraf terkahir: “….bahwa kesedihan ataupun kegembiraan tidak pernah abadi. Setiap kali kesedihan datang akan tiba waktunya kegembiraan tiba. Setiap kegembiraan tiba, ia menyimpan sebuah kesedihan yang akan hadir. Dua hal yang berlawanan selalu berada berdampingan. Tak ada hal baik yang tak berdampingan dengan hal buruk. Tak ada yang datang, yang tak pernah pergi.”

No comments:

Post a Comment

Adsaraku