Perjalanan Air Mata dan Hati
TIDAK ADA NEW YORK HARI INI
M
Aan Mansur
Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.
Bahasa ibu adalah kamar tidurku.
Kupeluk tubuh sendiri.
Dan cinta—kau tak ingin aku
mematikan lampu.
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin di kenang.
Hari ini tidak pernah ada. Kemarin tidak nyata.
Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini. Semua
kata tubuh mati semata.
Puisi adalah museum yang lengang. Masa remaja
dan negeri jauh. Jatuh dan patah. Foto-foto hitam
putih. Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan
yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain.
Tidak ada pengunjung. Tidak ada pengunjung.
Di balik jendela, langit sedang mendung.
Tidak ada puisi hari ini. Tidak ada puisi kemarin.
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat
menuliskannya.
Membaca satu buah puisi yang diambil dari kumpulan puisi “Tidak
Ada New York Hari Ini” dengan judul yang sama, pembaca dapat membandingkan apa
yang dialami oleh tokoh laki-laki pada “Laki-laki yang Menyeberang dan
Perempuan di Tepi Persimpangan” dengan apa yang dirasakan tokoh dalam puisi. Sebagai
salah satu puisi yang menginspirasi ditulisnya cerita pendek “Laki-laki yang
Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, membaca puisi tersebut
merupakan langkah awal untuk memahami apa yang ingin disampaikan oleh Ni Komang
Ariani. Selain menjadi ide penulisan cerpen “Laki-laki yang Menyeberang dan
Perempuan di Tepi Persimpangan”, pada puisi tersebut terdapat beberapa bagian yang
juga digunakan dan dikembangkan di dalam cerpen.
Tak ada yang datang,
yang tak pernah pergi. Kalimat terakhir pada “Laki-laki yang Menyeberang dan Perempuan
di Tepi Persimpangan”, cerpen yang terinspirasi dari kumpulan puisi “Tidak Ada
New York Hari Ini” milik M Aan Mansyur ini, menjadi titik tolak dari
keseluruhan perjalanan air mata dan hati tokoh laki-laki. Jika ditelisik lebih
lanjut dengan membaca kumpulan puisi yang menjadi ide dalam cerpen ini, pembaca
akan menyadari bahwa yang dialami oleh tokoh laki-laki adalah sebuah perjalanan
air mata yang banyak memberikan pelajaran bagi dirinya. Perjalanan yang berbuah
pelajaran.
Perjalanan air mata yang berawal dari perpisahan dengan seorang
kekasih yang memutuskan untuk memilih pilihannya sendiri ini mengantarkan tokoh
laki-laki pada sebuah perjalanan hati, sebagaimana tampak pada kalimat “ia telah mendatangi tempat-tempat yang
membuatnya mengenal air mata yang meleleh di lubuk hati.”. Memang, dalam
kumpulan puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” tokoh aku digambarkan sebagai
orang yang berkeliling dunia untuk melihat lebih banyak kesedihan dan
mengabadikannya lewat gambar dan puisi. Hal ini dilakukannya bukan tanpa
alasan. Rasa rindu dan kesedihan setelah perpisahan dengan kekasih menjadi
alasannya untuk lebih banyak belajar dengan lebih banyak melihat. Dalam cerpen “Laki-laki
yang Menyeberang dan Perempuan di Tepi Persimpangan”, hal ini disampaikan lewat
kalimat, “Selanjutnya, laki-laki itu tahu apa yang akan
selalu dilakukannya. Ia akan bercengkerama dengan air mata yang mengajarinya
banyak pengetahuan. Air mata yang mengajarinya jiwa-jiwa besar…..”.
Perjalanan air mata, suatu perjalanan untuk melihat lebih banyak
kesedihan yang dilakukan oleh tokoh laki-laki yang tidak hanya untuk melampiaskan
dan mewakilkan rasa sedihnya tetapi juga untuk mengabadikan kenangan. Cara yang
berbeda yang tokoh laki-laki lakukan, seperti disebutkan “kadang-kadang cinta diabadikan dengan cara yang amat ganjil.”. Melalui
perjalanan melihat kesedihan, laki-laki itu belajar. Melalui puisi ia abadikan
kenangannya.
Lewat perjalanan air mata, laki-laki itu kemudian mengerti bahwa “beberapa orang yang saling memikirkan telah
ditakdirkan untuk tak pernah saling bertemu.” Perjalanannya yang membawa
kemungkinan-kemungkinan berada di tempat yang sama dengan orang yang ia harap
bisa ditemuinya tidak selalu membawanya benar-benar bisa bertemu pandang dengan
orang itu. Hal semacam itu sangat mungkin terjadi dalam hidup ini. Di sinilah
letak perjalanan hati tokoh laki-laki. Perjalanan air mata memberikan banyak pemahaman
pada dirinya.
Akhirnya, perjalanan air mata dan
hati itu menghantarkan tokoh laki-laki pada pemahaman baru seperti yang
tertulis pada paragraf terkahir: “….bahwa kesedihan ataupun kegembiraan tidak pernah abadi. Setiap
kali kesedihan datang akan tiba waktunya kegembiraan tiba. Setiap kegembiraan
tiba, ia menyimpan sebuah kesedihan yang akan hadir. Dua hal yang berlawanan
selalu berada berdampingan. Tak ada hal baik yang tak berdampingan dengan hal
buruk. Tak ada yang datang, yang tak pernah pergi.”
No comments:
Post a Comment