Menguak Makna “Kehidupan di Dasar
Telaga” dalam Cerpen Kehidupan di Dasar Telaga karya S Prasetyo Utomo
Cerpen Kehidupan di
Dasar Telaga karya S Prasetyo Utomo yang dimuat dalam Koran Kompas, 12 Februari
2017 bercerita tentang laki-laki paruh baya bernama Suman dan teman
perempuannya yang bernama Arum melakukan perjalanan ziarah ke sebuah makam di
Gunung Kemukus. Makam yang diziarahi oleh Suman dan Arum merupakan makam
sepasang kekasih yang dikeramatkan. Makam itu sering dijadikan tempat mencari
berkah.
Perempuan yang mencari berkah di makam itu dikenal dengan sebutan perempuan Sobrah, yaitu perempuan yang mencari berkah dengan jalan menziarahi makam dan dengan syarat berhubungan intim dengan laki-laki yang bukan suaminya. Suman dan Arum menggunakan sebuah perahu sewa untuk mencapai makam keramat yang memang terletak di sebuah bukit di ujung telaga. Ketika perjalanan itulah Suman mengungkap rahasia hidup tentang masa lalunya kepada Arum. Telaga yang mereka seberangi adalah wilayah tempat tinggal Suman di masa lalu. Wilayah itu ditenggelamkan dengan lima aliran sungai yang dibendung untuk dijadikan sebuah telaga seperti saat ini. Hal itu membuat Suman terpaksa berpisah dengan ayah dan ibunya yang bermigrasi, sementara Suman memilih menetap di sebuah desa yang tak jauh dari telaga. Menyeberangi telaga itu membuat Suman menderita teringat masa lalunya.
Perempuan yang mencari berkah di makam itu dikenal dengan sebutan perempuan Sobrah, yaitu perempuan yang mencari berkah dengan jalan menziarahi makam dan dengan syarat berhubungan intim dengan laki-laki yang bukan suaminya. Suman dan Arum menggunakan sebuah perahu sewa untuk mencapai makam keramat yang memang terletak di sebuah bukit di ujung telaga. Ketika perjalanan itulah Suman mengungkap rahasia hidup tentang masa lalunya kepada Arum. Telaga yang mereka seberangi adalah wilayah tempat tinggal Suman di masa lalu. Wilayah itu ditenggelamkan dengan lima aliran sungai yang dibendung untuk dijadikan sebuah telaga seperti saat ini. Hal itu membuat Suman terpaksa berpisah dengan ayah dan ibunya yang bermigrasi, sementara Suman memilih menetap di sebuah desa yang tak jauh dari telaga. Menyeberangi telaga itu membuat Suman menderita teringat masa lalunya.
Jika dibaca sekilas,
cerpen ini seolah ingin menyampaikan tentang ritual yang disebut Sobrah. Akan
tetapi sebagaimana judulnya, cerpen ini memiliki fokus cerita pada kehidupan
Suman yang memiliki hubungan erat dengan telaga. Kehidupan di Dasar Telaga
merupakan inti yang ingin disampaikan melalui tokoh Suman. Bukan dalam arti
adanya aktivitas hidup di bawah telaga, judul yang dipilih merupakan perwakilan
dari makna yang sebenarnya yang terjadi di masa lalu. Wilayah yang dulunya
merupakan suatu pemukiman penduduk diubah menjadi sebuah telaga. Pemukiman itu
ditenggelamkan sehingga mengharuskan penduduknya bermigrasi ke kota atau desa
di sekitar telaga. Mereka terpaksa meninggalkan tanah leluhurnya dengan
perasaan getir. Tokoh Suman digambarkan memiliki amarah terhadap apa yang terjadi
dengan tanah kelahirannya. Diciptakannya telaga itu telah menghancurkan
kehidupannya. Ia selalu merasa menderita setiap kali menyeberangi telaga itu.
Cerpen Kehidupan di Bawah
Telaga merupakan sebuah cerita yang bukan saja mengungkapkan peristiwa yang
dialami tokoh tetapi sekaligus memberikan pengetahuan. Tidak banyak orang yang
mengetahui proses terbentuknya sebuah telaga buatan. Melalui cerpen ini,
pembaca menjadi mengerti bagaimana sebuah telaga diciptakan. Hal ini akan
mendorong pembaca untuk lebih peka terhadap lingkungan dan tidak sekedar hanya
memanfaatkan apa yang ada untuk kesenangan.
Secara keseluruhan,
cerpen ini sangat menarik dari segi pengambilan tema yang sederhana namun jarang
terpikirkan oleh orang lain. Akan tetapi, dari segi penyampaian cerita, cerpen
ini memiliki kelemahan. Banyaknya penggunaan tanda baca (tanda koma) yang oleh
penulis dimaksudkan untuk menyingkat kalimat penjelas membuat pembaca tidak
nyaman ketika membacanya. Pembaca seolah dihadapkan pada sebuah bacaan yang
menuntut untuk dibaca dengan cepat sehingga pembaca pun menjadi terengah-engah.
Penyingkatan kalimat penjelas terlalu sering dilakukan sehingga cerita terkesan
kurang gamblang karena banyak yang tidak dipaparkan dengan jelas dan utuh.
Selain itu pemilihan kalimat sering menimbulkan kesalahan penafsiran. Menariknya,
cerpen ini tidak memberikan solusi atau penyelesaian yang jelas sehingga
kesimpulan cerita dikembalikan kepada pembaca.
Setelah dilakukan perbandingan
dengan pembaca lain, beberapa pembaca berpendapat bahwa Arum akhirnya
memutuskan untuk menjadi perempuan Sobrah bersama Suman, sedangkan pembaca yang
lain mengatakan bahwa Arum tidak menjadi Sobrah. Ia hanya memutuskan untuk
meneruskan kehidupannya bersama Suman dan tidak kembali kepada suaminya. Dua
pendapat ini sama-sama didasarkan pada keputusan Arum yang memilih untuk tidak
kembali kepada suaminya.
No comments:
Post a Comment