Monday, November 20, 2017

Review Sastra | Kehidupan di Dasar Telaga karya S Prasetyo Utomo



Menguak Makna “Kehidupan di Dasar Telaga” dalam Cerpen Kehidupan di Dasar Telaga karya S Prasetyo Utomo
Cerpen Kehidupan di Dasar Telaga karya S Prasetyo Utomo yang dimuat dalam Koran Kompas, 12 Februari 2017 bercerita tentang laki-laki paruh baya bernama Suman dan teman perempuannya yang bernama Arum melakukan perjalanan ziarah ke sebuah makam di Gunung Kemukus. Makam yang diziarahi oleh Suman dan Arum merupakan makam sepasang kekasih yang dikeramatkan. Makam itu sering dijadikan tempat mencari berkah.
Perempuan yang mencari berkah di makam itu dikenal dengan sebutan perempuan Sobrah, yaitu perempuan yang mencari berkah dengan jalan menziarahi makam dan dengan syarat berhubungan intim dengan laki-laki yang bukan suaminya. Suman dan Arum menggunakan sebuah perahu sewa untuk mencapai makam keramat yang memang terletak di sebuah bukit di ujung telaga. Ketika perjalanan itulah Suman mengungkap rahasia hidup tentang masa lalunya kepada Arum. Telaga yang mereka seberangi adalah wilayah tempat tinggal Suman di masa lalu. Wilayah itu ditenggelamkan dengan lima aliran sungai yang dibendung untuk dijadikan sebuah telaga seperti saat ini. Hal itu membuat Suman terpaksa berpisah dengan ayah dan ibunya yang bermigrasi, sementara Suman memilih menetap di sebuah desa yang tak jauh dari telaga. Menyeberangi telaga itu membuat Suman menderita teringat masa lalunya.
Jika dibaca sekilas, cerpen ini seolah ingin menyampaikan tentang ritual yang disebut Sobrah. Akan tetapi sebagaimana judulnya, cerpen ini memiliki fokus cerita pada kehidupan Suman yang memiliki hubungan erat dengan telaga. Kehidupan di Dasar Telaga merupakan inti yang ingin disampaikan melalui tokoh Suman. Bukan dalam arti adanya aktivitas hidup di bawah telaga, judul yang dipilih merupakan perwakilan dari makna yang sebenarnya yang terjadi di masa lalu. Wilayah yang dulunya merupakan suatu pemukiman penduduk diubah menjadi sebuah telaga. Pemukiman itu ditenggelamkan sehingga mengharuskan penduduknya bermigrasi ke kota atau desa di sekitar telaga. Mereka terpaksa meninggalkan tanah leluhurnya dengan perasaan getir. Tokoh Suman digambarkan memiliki amarah terhadap apa yang terjadi dengan tanah kelahirannya. Diciptakannya telaga itu telah menghancurkan kehidupannya. Ia selalu merasa menderita setiap kali menyeberangi telaga itu.
Cerpen Kehidupan di Bawah Telaga merupakan sebuah cerita yang bukan saja mengungkapkan peristiwa yang dialami tokoh tetapi sekaligus memberikan pengetahuan. Tidak banyak orang yang mengetahui proses terbentuknya sebuah telaga buatan. Melalui cerpen ini, pembaca menjadi mengerti bagaimana sebuah telaga diciptakan. Hal ini akan mendorong pembaca untuk lebih peka terhadap lingkungan dan tidak sekedar hanya memanfaatkan apa yang ada untuk kesenangan.
Secara keseluruhan, cerpen ini sangat menarik dari segi pengambilan tema yang sederhana namun jarang terpikirkan oleh orang lain. Akan tetapi, dari segi penyampaian cerita, cerpen ini memiliki kelemahan. Banyaknya penggunaan tanda baca (tanda koma) yang oleh penulis dimaksudkan untuk menyingkat kalimat penjelas membuat pembaca tidak nyaman ketika membacanya. Pembaca seolah dihadapkan pada sebuah bacaan yang menuntut untuk dibaca dengan cepat sehingga pembaca pun menjadi terengah-engah. Penyingkatan kalimat penjelas terlalu sering dilakukan sehingga cerita terkesan kurang gamblang karena banyak yang tidak dipaparkan dengan jelas dan utuh. Selain itu pemilihan kalimat sering menimbulkan kesalahan penafsiran. Menariknya, cerpen ini tidak memberikan solusi atau penyelesaian yang jelas sehingga kesimpulan cerita dikembalikan kepada pembaca.
Setelah dilakukan perbandingan dengan pembaca lain, beberapa pembaca berpendapat bahwa Arum akhirnya memutuskan untuk menjadi perempuan Sobrah bersama Suman, sedangkan pembaca yang lain mengatakan bahwa Arum tidak menjadi Sobrah. Ia hanya memutuskan untuk meneruskan kehidupannya bersama Suman dan tidak kembali kepada suaminya. Dua pendapat ini sama-sama didasarkan pada keputusan Arum yang memilih untuk tidak kembali kepada suaminya.

No comments:

Post a Comment

Adsaraku