Wednesday, November 22, 2017

Sastra Klasik | Sinopsis: Sengsara Membawa Nikmat

Masih seputar sastra klasik nih, guys. Kali ini ada sinopsis Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis St. Sati. Langsung dibaca yuukk...

 

Sengsara Membawa Nikmat


          Mdun adalah seorang pemuda yang disenangi oleh semua orang di  kampungnya. Budinya baik, sopan santun, dan alim. Pada acara berdua belas di masjid, masa kenduri banyak memberi hidangan kepada Mdun. Pada acara itu, Kacak, kemenakan Tuanku Laras, juga hadir. Ia iri melihat hidangan yang bertumpuk-tumpuk di hadapan Mdun.

Kacak sebagai kemenakan Tuanku Laras tidak mendapat hidangan sebanyak itu. Kacak tidak disukai memang tidak disukai orang. Ia seorang yang congkak, tinggi hati, dan angkuh.
            Ketika permainan sepak raga di pasar, Kacak selalu mengarahkan tendangan bertubi-tubi ke arah Mdun.  Saat Kacak tergelincir, Kadirun berseru mengucapkan cempedak hutan. Kacak merasa Kadirun dan Mdun mengejeknya. Setelah kejadian itu orang tua Mdun menyuruh Mdun belajar silat pada Haji Abbas. Kacak sendiri sudah pernah meminta haji Abbas mengajarnya tetapi ditolak. Melihat Mdun diterima oleh Haji Abbas, semakin bencilah ia pada Mdun.
            Ketika keluarga Mdun mengirik padi. Tetangga dan keluarga banyak yang datang membantu. Sorak sorai disertai senda gurau membuat suasana di sawah Mdun sangat bahagia. Berbeda di sawah istri Kacak, yang membantu hanya beberapa. Kacak sangat marah. Ia segera membalas dendam pada Mdun. Pak Inuh, saudaranya yang gila dilepas di pasar. Pak Inuh mengacau dengan membawa sebilah pisau. Mdun bergerak menyelamatkan pasar. Akibatnya justru Mdun ditangkap dengan tuduhan menganiaya saudara Tuanku Laras. Mdun dihukum dan mendapat perlakuan kasar dari Kacak selama menjalani hukumannya.
        Suatu ketika, istri Kacak tenggelam di sungai. Karena tidak ada seorang pun yang berani menyelamatkannya, Mdun segera masuk ke sungai untuk menolong istri Kacak. Ketika sampai di tepi, Kacak yang meilhat Mdun berada di dekat istrinya yang tanpa busana karena pakaiannya telah hanyut menjadi marah. Ia pun mengamuk pada Mdun. Mdun dihukum ronda malam. Saat ronda malam itulah Kacak ingin mewujudkan niatnya membunuh Mdun namun Mdun selamat.
            Pada kesempatan lain, Kacak meminta bantuan orang suruhan terpercaya untuk melaksanakan niatnya. Di Bukittinggi ada pacuan kuda yang bersamaan dengan pasar malam. Mdun dengan tetap waspada berangkat ke Bukittinggi ditemani Maun. Di pacuan kuda, Mdun dan Maun diserang orang suruhan Kacak. Penyerang Mdun melancarkan pukulan sembari meneriaki Mdun maling sehingga semakin banyak orang yang turut mengepung Mdun. Akibat kejadian itu, Mdun terpaksa menjalani pemeriksaan dan dijatuhi hukuman penjara di Padang.
            Di rumah tahanan itu, Mdun mendapat perlakuan kasar. Sesekali pula ia diadu dengan tahanan lain. Seorang tahanan bernama Turigi merasa kagum pada Mdun yang tabah. Ia datang menolong Mdun ketika Mdun berkelahi dengan tiga orang. Semua tahanan dan opas serta sipir segera surut. Mereka segan dengan Turigi. Ia adalah seorang tahanan yang alim dan bijaksana.
            Setelah beberapa bulan bekerja di dalam tahanan akhirnya Mdun menjalani hukuman di luar tahanan. Sebulan lamanya Mdun bekerja menyapu jalan di kota Padang. Suatu ketika, ia menemukan sebuah kalung di bawah pohon. Mdun mengembalikan kalung itu. Sejak itu, Halimah, si pemilik kalung, sering datang ke bawah pohon membawakan makan siang untuk Mdun. Mereka pun semakin akrab. Bahkan ketika Halimah mendapat kesulitan, Mdun menolongnya. Saat itu telah habis masa hukuman Mdun sehingga ia bisa segera menolong Halimah. Halimah hendak diperkosa oleh ayah tirinya. Halimah akan pulang ke Bogor. Mdun sendiri tidak ingin pulang ke kampungnya karena Kacak masih berniat mencelakakannya. Maka ia memutuskan untuk menemani Halimah ke Jawa, menemui ayah kandung Halimah.
         Setelah tinggal beberapa lama dengan Halimah, Mdun memutuskan untuk pergi ke Betawi mencari pekerjaan karena ia ingin meminang Halimah. Di Betawi, Mdun bekerja sama menjalankan perniagaan dengan seorang Arab bernama Syekh Abdullah al Hadramut. Mdun menyadari kecurangan orang Arab itu. Ia pun meminta ijin untuk berjualan sendiri. Syekh Abdullah memberi pinjaman modal. Namun ternyata Mdun ditipu. Bunga pinjamannya sangat tinggi.
            Sementara itu, ayah Mdun yang telah sakit keras akhirnya meninggal. Ibu Mdun dan adiknya, Juriah, hidup berkekurangan. Saat itulah ibu Mdun ingat wasiat  Pak Mdun untuk menikahkan Juriah dengan Maun. Akhirnya keduanya pun dinikahkan.
         Ketika berjalan di pasar, Mdun melihat seorang sinyo sedang diburu oleh seorang serdadu. Dengan tangkas Mdun melindungi sinyo itu. Karena menolong sinyo itu, Mdun mendapat pekerjaan sebagai juru tulis. Kecakapan Mdun membuatnya diangkat menjadi mata-mata pengedar narkoba. Ketelitiannya yang berhasil menangkap para bandar membuat Mdun diangkat menjadi menteri polisi di Tanjung Priok. Seiring dengan hal tersebut, ia mendapat hadiah beberapa ribu rupiah. Uang itu kemudian Mdun gunakan untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Halimah.
        Suatu ketika, Mdun mendapat tugas di Medan. Ketika sedang minum di sebuah hotel, Mdun bertemu dengan Manjau, adiknya, yang menjadi pelayan di sana. 
          Setelah 6 tahun meninggalkan kampungnya, Mdun berniat minta pindah tugas di Minangkabau agar ia bisa berdekatan dengan ibu dan adiknya. Surat permohonannya diterima. Ia diangkat sebagai asisten demang di negerinya. Di kampungnya pula ia mendapatkan gelar Datuk Paduka Raja.

     Sengsara Membawa Nikmat menceritakan kisah Mdun yang dibenci oleh orang yang berkuasa. Mdun yang sabar dan tabah dapat menjalani semua cobaan dengan baik. Ia bahkan memperoleh imbalan atas kesabarannya.
        Novel ini secara keseluruhan menggunakan bahasa Melayu namun cukup mudah dipahami. Inti cerita yang mengandung pesan agar tidak mudah mendendam kepada orang lain dapat tersampaikan dengan baik. Meski cukup menarik, namun novel ini tak luput dari kekurangan. Bab awal selalu menceritakan perihal tokoh antagonis dengan upayanya mencelakakan tokoh utama dengan inti cerita yang berbeda pada masing-masing bab sedangkan bab akhir tiba-tiba cerita berganti menjadi cerita yang benar-benar runtut pada setiap babnya. Hal ini menurut saya membuat pembaca menjadi gagap dalam menanggapi sisi estetik dari novel ini.

No comments:

Post a Comment

Adsaraku